Ada banyak sekali manfaat yang dapat diambil dengan memanfaatkan biji karet yang tidak pernah dioleh dan dikembangkan secara khusus, terutama di propinsi Jambi. Secara umum, yang diktahui oleh masyarakat hanyalah pengambilan getah dari batang karet atau yang sering disebut dengan menyadap. Bahkan, hal – hal yang perlu diketahui dalam proses penyadapan kurang diketahui oleh masyarakat, sehingga kualitas karet yang dihasilkan kurang bagus.
Jika kita melihat komposisi biji karet yang begitu banyak mengandung minyak, seharusnya ada suatu pemanfaatan lebih dalam pengolahan biji karet tersebut. Dengan luasnya lahan perkebunan karet di propinsi jambi, maka tentu dapat menjadi kemudahan tersendiri dalam mengatasi krisis energi yang semakin menghantui. Apalagi dengan adanya bayang – bayangan bahwa energi yang berasal dari fosil sudah tidak dapat diandalkan lagi. Adapun beberapa energi alternatif yang dihasilkan dari bahan dasar biji karet adalah sebagi berikut.
1. Briket
Briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan. Bahan-bahan yang bersumber dari limbah bisa untuk dimanfaatkan dalam pembuatan briket arang. Salah satu dari bahan tersebut adalah limbah perkebunan yaitu cangkang biji karet. Hal ini dikarenakan cangkang biji karet mempunyai lapisan sekeras lapisan tempurung kelapa.
Proses pembuatan briket dari arang cangkang biji karet adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan bahan awal untuk pembuatan biobriket cangkang biji karet yang telah digiling dengan hammer mill.
b. Melakukan penyaringan arang cangkang biji karet.
c. Menambahkan larutan perekat 35% pada komposisi dan diaduk hingga merata.
d. Mencetak biobriket dengan alat pencetak atau pralon.
e. Pengeringan biobriket dilakukan dengan kabinet dryer pada suhu ± 80oC selama 48 jam.
Disamping keunggulan keunggulan biobriket yang telah disebutkan sebelumnya, perlu juga dipertimbangkan kemungkinan teradinya polusi udara, terutama polusi berbentuk asap, antara lain dapat menimbulkan gejala sesak nafas (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan pada kasus kasus tertentu lambat laun dapat menimbulkan efek karsinogenik, terutama di paru paru manusia . Oleh sebab itu, kondisi tersebut harus diimbangi dengan upaya inovasi bahan bakar bioenergi yang mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan biobriket. Kualitas tersebut pada dasarnya dapat diukur dari parameter nilai kalori pembakaran dan emisi gas pencemar.
2. Biokerosin
Dalam upaya mengatasi krisis energi terutama minyak tanah, pemerintah menerapkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Namun, konversi ini memerlukan proses dan sosialisasi yang panjang, selain itu membutuhkan dana besar serta pengelolaan yang profesional. Untuk menyiasati kelangkaan minyak tersebut masyarakat pedesaan lebih memilih menggunakan kayu bakar. Jika hal ini terus berlanjut maka dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Salah satu cara untuk mengurangi konsumsi minyak tanah adalah subsitusi dengan biokerosin.
Biokerosin adalah minyak tanah yang bersumber dari bahan - bahan hayati yang sifatnya terbarukan . Biokerosin diperoleh dari berbagai biji-bijian termasuk biji karet.
Kemungkinan biji karet berpotensi menjadi biokerosin dapat dipertimbangkan sebagai substitusi minyak tanah. Hal ini juga dapay meningkatkan nilai tambah perkebunan karet bagi pendapatan masyarakat dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan pengelolaan bioenergi di tingkat pedesaan, serta mendorong kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan bahan bioenergi dari biji karet dan produk sampingnya.
3. Biopelet
Inovasi biopelet yang akan dikembangkan adalah biopelet yang berbahan baku biji karet yang akan diaplikasikasikan untuk kegiatan rumah tangga seperti memasak. Hal tersebut didasarkan pada kelimpahan tanaman karet di Provinsi Jambi dengan nilai kalorinya yang relatif tinggi. Pelet diproduksi dengan menghancurkan biji karet dengan menggunakan hammer mill, sehingga diperoleh massa partikel bioenergi yang berukuran seragam. Massa partikel tersebut kemudian diumpankan ke dalam mesin pengepres dengan diameter 6-8 mm dan panjang 10-12 mm. tekanan yang sangat tinggi menyebabkan suhu biji karet meningkat, sehingga senyawa lignin pada biji karet berubah sifat plastisitasnya membentuk perekat alami yang menghasilkan pelet pelet yang padat dan kompak pada saat dingin.
Aplikasi biopelet yang dibuat difokuskan untuk bahan bakar rumah tangga. Pada proses pembakaran biopelet biji karet, cara penggunaan kompor ini tergolong sangat sederhana, sehingga dapat digunakan dengan mudah oleh semua lapisan masyarakat, khususnya di propinsi Jambi.
4. Biodiesel
Biji karet memiliki kandungan minyak 40-50%-berat yang berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Pemanfaatan bahan baku minyak nonedibel berharga murah akan meminimalkan biaya produksi biodiesel sehingga diharapkan dapat dihasilkan biodiesel dengan yang harga bersaing terhadap petrodiesel. Beberapa alasan yang mendukung penggunaan biodiesel dari biji karet di Propinsi Jambi apabila ditinjau dari segi tanaman karetnya, tanaman bn karet tersebut tersedia melimpah di Propinsi Jambi dan kalau ditinjau dari segi biodieselnya, biodiesel mempunyai sifat-sifat fisik yang hampir sama dengan minyak solar, mempunyai angka setana lebih baik dari minyak solar. Adapun secara teknologi, mulai dari penanaman, penyiapan bahan baku sampai produksi menjadi biodiesel tidak menuntut teknologi yang tinggi dan mahal, prosesnya tidak membahayakan, pabriknya dapat diadakan dalam dua skala kecil, sehingga modalnya tidak terlalu besar dan keuntungannya dapat mengangkat perekonomian setempat.
Ada dua metode dalam proses pembuatan biodiesel dari biji karet, kedua metode tersebut, yaitu :
a. Metode pengepresan
Pada metode ini, biji karet dipres dengan tekanan hidrolik dan minyak yang diperoleh ditampung diukur volume, serta dianalisis densitas, viskositas dan kadar asam lemak bebasnya. Bahan baku biji karet dalam proses pengambilan minyak ini mengalami perlakuan disangrai, dijemur dalam panas matahari, dikukus pada tekanan atmosferik dan dikukus dalam autoclave.
b. Metode transesterifikasi
Pada metode ini, proses pembuatan biodiesel dari minyak biji karet dilakukan melalui reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa. Proses ini membutuhkan bahan baku minyak dengan kemurnian tinggi. Proses pembuatan biodiesel dari minyak biji karet dengan proses transesterifikasi dilakukan dengan cara merubah pola dan intensitas pengadukan. Pola pengadukannya bisa secara alami (konveksi alami) atau pengadukan paksa secara mekanik (dengan diberi pengaduk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar