Selamat Datang

Semoga sedikit informasi dari blog ini dapat membantu anda. Jangan lupa komentarnya ya guys, diharepin banget. Terimakasih.

Rabu, 16 Oktober 2013

Jenis-jenis Hasil Belajar



Menurut Bloom dalam Hermawan (2008), jenis-jenis hasil belajar adalah sebagai berikut:
1.      Kognitif
Hasil belajar kognitif mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Menurut Bloom, domain kognitif ini memiliki enam tingkatan, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a.       Ingatan (recall)
Hasil belajar pada tingkat ingatan ditunjukkan dengan kemampuan mengenal atau menyebutkan kembali fakta-fakta, istilah-istilah, hukum, rumus yang telah dipelajarinya. Misalnya, dibahas materi tentang jenis-jenis danau ditinjau dari segi pembentukannya. Hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat menyebutkan jenis-jenis danau ditinjau dari segi pembentukannya. Kemampuan-kemampuan seperti menyebutkan kembali, menunjukkan, menuliskan merupakan kemampuan-kemampuan dalam tingkat hasil belajar ingatan. Seperti yang dikemukakan tadi, yaitu siswa dapat menyebutkan jenis-jenis danau dari segi pembentukannya hanya kemampuan mengingat atau menghafal nama atau jenis danau berdasarkan pembentukannya.
b.      Pemahaman (comprehension)
Hasil belajar yang dituntut dari tingkat pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Apabila kita membahas tentang lambang negara, kemudian hasil belajar yang dicapai siswa adalah dapat menjelaskan arti lambang negara. Hasil belajar tersebut merupakan contoh kemampuan pemahaman. Siswa dapat menjelaskan lambang negara artinya siswa tersebut dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam lambang negara tersebut. Hasil belajar pemahaman terdiri atas tiga tingkatan, yaitu pemahaman terjemahan, penafsiran, dan eksrapolasi.
1)      Pemahaman terjemahan
Kemampuan menjelaskan lambang negara merupakan salah satu contoh hasil belajar pemahaman terjemahan. Contoh lain dari hasil belajar pemahaman jenis terjemahan adalah dalam belajar Bahasa Inggris. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menyajikan suatu cerita. Setelah selesai mengikuti pelajaran ini guru mengharapkan para siswa dapat menjelaskan cerita yang disajikan tersebut. Dengan kata lain, kemampuan siswa menerjemahkan kalimat atau cerita Bahasa Inggris kedalam Bahasa Indonesia merupakan contoh hasil belajar pemahaman jenis terjemahan.
2)      Pemahaman penafsiran
Seorang siswa dikatakan telah mencapai tingkat pemahaman penafsiran apabila siswa tersebut telah dapat menjelaskan atau menarik kesimpulan dari apa yang diberikan. Misalnya, seorang guru memberikan sebuah tabel tentang keadaan curah hujan di Indonesia. Setelah mempelajari tabel tersebut siswa dapat menyimpulkan keadaan curah hujan di indonesia. Hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar tingkat penafsiran. Mungkin anda bertanya, mengapa kemampuan menyimpulkan keadaan curah hujan merupakan hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran. Kemampuan siswa menyimpulkan keadaan curah hujan di Indonesia merupakan contoh hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran karena hasil belajar tersebut menuntut siswa untuk menafsirkan data curah hujan di Indonesia. Kemudian, berdasarkan penafsiran tersebut siswa dituntut untuk mampu menetukan curah hujan di Indonesia sesuai dengan kriteria kering, basah, lembab, atau sangat lembab. Jadi, seorang siswa dikatakan telah mencapai hasil belajar pemahaman tingkat penafsiran apabila siswa tersebut telah mampu menjelaskan suatu konsep.
3)      Pemahaman ekstrapolasi
Pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan melihat dibalik yang tertulis. Misalnya, seorang guru sedang membahas perkembangan Koperasi Unit Desa (KUD) di Indonesia. Setelah mempelajari materi tersebut siswa dapat menunjukkan jumlah KUD di Indonesia yang akan berbadan hukum pada waktu tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa tersebut termasuk kedalam hasil belajar pemahaman tingkat ekstrapolasi karena siswa telah dapat meramalkan sesuatu.
c.       Penerapan (application)
Hasil belajar penerapan adalah kemampuan menerapkan suatu konsep, hukum, atau rumus pada situasi baru. Kemampuan penerapan atau aplikasi menuntut adanya konsep, teori, hukum, dalil, rumus, prinsip, dan yang sejenisnya. Kemudian, konsep, rumus, dalil, hukum tersebut diterapkan dalam pemecahan suatu masalah dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa adalah siswa dapat menghitung jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005. Untuk memperoleh atau mencapai kemampuan menghitung jumlah penduduk, siswa harus memahami rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah penduduk terlebih dahulu, baru kemudian siswa menerapkan rumus tersebut dalam menghitung jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005. Contoh lain, misalnya seorang guru dalam pelajaran Matematika akan membahas mengenai persamaan kuadrat. Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa dapat menghitung persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus ABC. Apakah hasil belajar tersebut merupakan hasil belajar penerapan?. Kemampuan menggunakan rumus ABC dalam menghitung persamaan kuadrat merupakan hasil belajar penerapan. Dalam kemampuan tersebut siswa dituntut untuk tidak hanya memahami rumus ABC, tetapi lebih dari itu, yaitu siswa harus dapat menggunakan rumus  tersebut dalam menghitung persamaan kuadrat.
d.      Analisis (analysis)
Hasil belajar analisis adalah kemampuan untuk memecahkan, manguraikan suatu integritas atau kesatuan yang utuh menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Hasil belajar analisis ditunjukkan dengan kemampuan menjabarkan atau menguraikan atau merinci suatu bahan atau keadaan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, unsur-unsur atau komponen-komponen sehingga terlihat jelas hubungan antara komponen yang satu dengan yang lain. Pada hasil belajar analisis terdapat tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.
1)      Analisis elemen
Analsis elemen adalah kemampuan merumuskan asumsi-asumsi serta mengidentifikasi unsur-unsur penting yang mendukung asumsi yang telah ditentukan. Contoh hasil belajar pada tingkat analisis elemen adalah kemampuan mengenal asumsi-asumsi yang tidak ditetapkan dalam suatu uraian, kemampuan membedakan pernyataan-pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.
2)      Analisis hubungan
Hasil belajar pada tingkat analisis hubungan adalah hasil belajar yang menuntut kemampuan mengenal unsur-unsur dan beberapa pola hubungan serta sistem atau hipotesisnya. Kalau pada tingkat analsis elemen, siswa hanya menjelaskan apa yang ingin disampaikan dari sebuah komunikasi maka pada analisis hubungan, siswa sudah mampu menghubungkan bagian-bagian atau elemen-elemen dari suatu komunikasi. Misalnya, siswa mampu menemukan sebab-sebab menurunnya daya beli masyarakat berdasarkan data yang tersedia.
3)      Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi
Kemampuan atau hasil belajar pada tingkat analisis prinsip-prinsip terorganisasi adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan memisahkan dasar-dasar yang dipergunakan dalam organisasi suatu komunikasi. Kemampuan-kemampuan yang tergolong dalam tingkat analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi adalah kemampuan mengenal bentuk dari pola suatu karya sastra atau karya seni, kemampuan mengenal inti pandangan. Misalnya, siswa mampu menentukan nasihat yang tersirat dari suatu cerita.
e.       Sintesis (synthesis)
Hasil belajar sintesis adalah hasil belajar yang menunjukka kemampuan untuk menyatukan beberapa jenis informasi yang terpisah-pisah menjadi satu bentuk komunikasi yang baru dan lebih jelas dari sebelumnya. Hasil belajar sintesis juga dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut.
1)       Kemampuan melahirkan suatu komunikasi yang baik
Kemampuan melahirkan suatu bentuk komunikasi yang unik adalah hasil belajar yang mencerminkan kemampuan siswa untuk membuat karya tulis. Kemampuan ini disebut unik karena suatu karya tulis tentang topik yang sama yang ditulis oleh dua orang akan menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil belajar yang termasuk pada tingkatan ini adalah kemampuan menulis cerita, esei untuk kesenangan pribadi atau untuk menghibur orang lain, kemampuan menceritakan perjalanan pribadi secara efektif, kemampuan menulis komposisi musik yang sederhana.
2)      Kemampuan membuat rancangan
Contoh kemampuan pada tingkat ini adalah kemampuan menentukan rencana atau langkah yang baru. Kalau dalam hasil belajar penerapan, yang dituntut adalah kemampuan menerapkan pengetahuan dalam situasi yang baru. Dalam hasil belajar penerapan, yang baru adalah masalah yang dihadapi. Sedangkan dalam hasil belajar sintesis, yang baru adalah usaha penyelesaiannya. Contoh rumusan tujuan pada tingkat ini adalah siswa mampu menyimpulkan  langkah-langkah yang harus ditempuh masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit.
3)      Kemampuan mengembangkan suatu tatanan (set) hubungan yang abstrak
Kemampuan pada tingkat ini adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan merumuskan hipotesis berdasarkan gejala dan fakta yang diobservasi, menarik kesimpulan yang bersifat generalisasi, mengubah hipotesis berdasarkan hal-hal yang baru, dan sebagainya.
f.       Penilaian (evaluation)
Hasil belajar evaluasi adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan. Ditinjau dari sudut siswa, ada dua sumber kriteria yang dapat digunakan, yaitu kriteria yang dikembangkan sendiri oleh siswa dan kriteria yang diberikan oleh guru. Bloom membagi hasil belajar evaluasi atas pertimbangan yang didasarkan bukti-bukti dari dalam dan berdasarkan kriteria dari luar. Evaluasi yang didasarkan pada pertimbangan dengan bukti-bukti dari dalam berhubungan dengan masalah-masalah ketepatan alur logika, konsistensi, dan kriteria internal lainnya. Sedangkan evaluasi dengan pertimbangan kriteria dari luar berkenaan dengan kriteria yang dapat diterima secara universal. Hasil belajar yang didasarkan pada kesetimbangan dengan kriteria dari luar menuntut kemampuan siswa untuk menyeleksi atau mengingat kriteria. Misalnya, ketika dihadapkan pada suatu kasus, siswa mampu mempertimbangkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi kasus tersebut. Dalam mencapai kemampuan ini siswa harus mempertimbangkan langkah yang diambil berdasarkan ketepatgunaan, ketepatan waktu, dampaknya.
2.      Afektif
Hasil belajar efektif mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Bloom, dkk. mengemukakan 5 tingkatan hasil belajar afektif.
a.       Menerima (receiving)
Kemampuan menerima mengacu pada kepekaan individu dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar. Siswa dianggap telah mencapai sikap menerima apabila siswa tersebut mampu menunjukkan kesadaran, kemauan dan perhatian terhadap sesuatu, serta mengakui kepentingan dan perbedaan. Contoh rumusan tujuan yang termasuk kategori sikap menerima adalah menyadari pentingnya belajar, memperhatikan tugas yang diberikan guru, menunjukkan perhatian pada penjelasan temannya.
b.      Menanggapi (responding)
Kemampuan menanggapi mengacu pada reaksi yang diberikan individu terhadap stimulus yang datang dari luar. Siswa dianggap telah memiliki sikap menanggapi apabila siswa tersebut telah menunjukkan kepatuhan pada peraturan, tuntutan atau perintah serta berperan aktif dalam berbagai kegiatan. Contoh rumusan tujuan yang menuntut kemampuan siswa untuk bersikap menanggapi adalah melaksanakan kerja kelompok, menyumbangkan pendapat dalam diskusi kelompok, menolong teman yang mengalami kesulitan.
c.       Menghargai (valuing)
Kemampuan menghargai mengacu pada kesediaan individu menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. Seorang siswa dianggap telah memiliki sikap menghargai apabila siswa tersebut telah menunjukkan perilaku menerima suatu nilai, menyukai suatu objek atau kegiatan, menyepakati pejanjian, menghargai karya seni, pendapat atau ide, bersikap positif atau negatif terhadap sesuatu, mengakui. Contoh rumusan tujuan yang menunjukkan sikap menghargai adalah mengumpulkan tugas dengan tepat waktu, menolak diajak kerja sama dalam hal yang tidak baik, tidak menertawakan pendapat temannya.
d.      Mengatur diri (organizing)
Kemampuan mengatur diri mengacu pada kemampuan membentuk atau mengorganisasikan bermacam-macam nilai serta menciptakan sistem nilai yang baik. Siswa dianggap telah menguasai sikap pada tahap mengatur diri apabila siswa tersebut telah menunjukkan kemampuannya dalam membentuk sistem nilai, menangkap hubungan antar-nilai, bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu. Contoh rumusan tujuan yang termasuk dalam kategori ini diantaranya menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya, mempertanggung jawabkan kegiatan yang telah dilakukannya, menyelaraskan hak dan kewajibannya.
e.       Menjadikan pola hidup (characterization)
Menjadikan pola hidup mengacu kepada sikap siswa dalam menerima sistem nilai dan menjadikannya sebagai pola kepribadian dan tingkah laku. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan kepercayaan diri, disiplin pribadi, serta mampu mengontrol perilakunya sehingga tercermin dalam pola hidupnya. Contoh rumusan tujuan yang termasuk kategori ini diantaranya adalah siswa disiplin dalam menggunakan waktu luangnya, mengemukakan pendapat dengan sopan, membiasakan hidup sehat.

3.      Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik mengacu pada kemampuan bertindak. Hasil belajar psikomotorik terdiri atas 5 tingkatan sebagai berikut.
a.       Persepsi
Kemampuan persepsi mengacu kepada kemampuan individu dalam menggunakan indranya, memilih isyarat, dan menerjemahkan isyarat tersebut ke dalam bentuk gerakan. Siswa dikatakan telah menguasai kemampuan persepsi apabila siswa tersebut telah menunjukkan kesadarannya akan adanya objek dan sifat-sifatnya. Misalnya, kemampuan memukul bola. Pada tahap ini siswa hanya mampu memukul bola tanpa memperhatikan faktor apapun.
b.      Kesiapan
Pada tahap ini individu dituntut untuk menyiapkan dirinya untuk melakukan suatu gerakan. Kesiapan ini meliputi kesiapan mental, fisik, dan emosional. Kesiapan mental mencakup kesiapan menentukan gerakan, memperkirakan waktu, memusatkan perhatian. Kesiapan fisik mengacu pada kesesuaian anatomis, misalnya posisi berdiri, posisi tangan. Sedangkan kesiapan emosional berkaitan dengan keseimbangan emosi agar gerakannya terkontrol dengan baik. Kembali pada gerakan memukul bola, siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan sikap badan yang tepat untuk memukul bola.
c.       Gerakan terbimbing
Kemampuan melakukan gerakan terbimbing mengacu pada kemampuan individu melakukan gerakan yang sesuai dengan prosedur atau mengikuti petunjuk instruktur atau pelatih. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan pada tahap ini apabila siswa tersebut telah meniru gerakan yang dicontohkan atau mencoba-coba sampai gerakan yang benar dikuasainya. Kita ambil contoh kemampuan memukul bola. Apabila pada tingkatan kesiapan siswa hanya memukul bola dengan sikap yang benar maka pada tingkatan gerakan terbimbing siswa sudah dapat meniru gerakan pelatih dalam memukul bola yang benar.
d.      Bertindak secara mekanis
Kemampuan motorik pada tingkat ini mengacu pada kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang seolah-olah sudah otomatis. Kemampuan bertindak secara mekanis ditunjukkan oleh kelancaran, kemudahan, serta ketetapan melakukan tindakan tersebut. Berkenaan dengan kemampuan memukul bola, siswa dianggap telah menguasai kemampuan ini apabila siswa tersebut telah menunjukkan kemampuan memukul bola dengan lancar, mudah, dan tetap. Tindakan tersebut seolah-olah sudah menjadi kebiasaannya.
e.       Gerakan kompleks
Kemampuan ini merupakan kemampuan bertindak yang paling tinggi pada ranah psikomotorik. Gerakan yang dilakukan sudah didukung oleh suatu suatu keahlian. Siswa dianggap telah menguasai kemampuan pada tingkatan ini apabila siswa tersebut telah melakukan tindakan tanpa keraguan dan otomatis. Tanpa keraguan di sini mengacu pada tindakan yang terampil, halus, efisien dalam waktu, serta usaha yang minimal. Otomatis di sini mengacu pada kemampuan individu untuk bertindak sesuai dengan situasi atau masalah yang dihadapi. Misalnya, dalam suatu pertandingan, siswa mampu memukul bola yang dapat mengecoh lawan mainnya. Oleh karena itu, tingkatan ini menuntut kreativitas siswa dalam bertindak.

(Sumber: Hernawan, Asep Herry, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar